Saya
masih ingat ketika timnas Indonesia ‘IPL’ dibantai oleh Bahrain 10-0 tanpa satu
pun gol yang dicetak oleh kita. Beberapa waktu yang lalu timnas U-21 kita juga gagal
mempersembahkan juara di Hassanah Bolkiah Trophy setelah kalah menyakitkan di
final melawan tuan rumah Brunei Darussalam. Ini semua menjadi pukulan telak
PSSI yang masih saja sibuk dengan urusan dualisme kompetisi. Sungguh
menyedihkan.
Langkah
tepat pun di ambil PSSI untuk menyelesaikan masalah ini dengan menjalin kembali
komunikasi dengan klub peserta Liga Super Indonesia (LSI). Bentuk komunikasi
yang ditawarkan berupa formal dan informal atau bertemu satu-persatu dengan
klub-klub LSI. Saya malah pesimis klub LSI mau berhubungan kembali dengan PSSI.
Djohar
Arifin pun menghadap ke AFC untuk melaporkan perkembangan terakhir untuk upaya
rekonsiliasi. Dalam pertemuan tersebut, AFC berjanji akan merekomendasikan FIFA
untuk memberi tambahan waktu. Seperti diketahui, pada tanggal 27 Maret 2012
FIFA mengadakan pertemuan komite asosisasi di Zurich, Swiss, yang salah satu
agendanya membahas tentang tentang persoalan sepakbola di Tanah Air. Ada 3
kemungkinan putusan yang akan di ambil oleh FIFA. Yang pertama, Indonesia
langsung dijatuhi sanksi, karena adanya dualisme kompetisi dan dualisme
kepengurusan. Yang kedua, FIFA akan mengutus tim untuk mengambil alih
kepengurusan PSSI untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Dan yang terakhir,
FIFA akan memberi tambahan tenggat waktu lebih lama lagi untuk PSSI untuk mengurus
konflik yang terjadi sampai benar-benar terselesaikan.
Djohar
Arifin selaku ketua umum PSSI terpilih memang tak hanya tinggal diam menyikapi
dualisme kompetisi yang bisa dikenakan sanksi oleh FIFA dan AFC, tetapi menurut
saya Djohar lambat dalam meyelesaikan masalah ini. Saya hanya ingin konflik
selesai dan untuk para petinggi PSSI, bawalah Indonesia kembali ke kejayaannya
seperti dulu kala. Bravo sepakbola Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar