Agama adalah suatu yang sangat hakiki karena menyentuh bagian yang
paling penting dalam diri manusia yaitu Roh. Hidup keagamaan yang benar
pasti akan terimlpementasikan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya
sekedar wacana "teori". Umumnya tidak ada agama yang mengajarkan
hal-hal yang tidak baik sehingga manusia yang mengaku dirinya beragama
seharusnya tercermin dalam tutur kata, sikap,dan laku (perbuatan).
Saling menghargai, simpati, bahkan empati dalam diri seseorang tidak
lepas dari kedalaman penghayatan terhadap nilai-nilai yang ada dalam
agamanya, terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Seorang yang mendalami
secara benar ajaran agamanya dan meyakini kebenarannya pasti akan rela
memberikan dan mengorbankan apapun untuk berusaha agar hidup menjadi
damai, sejahtera, aman dan rukun.
Tuhan memberikan petunjukdalam bentuk wahyu melalui pribadi-pribadi
spesial untuk membimbing manusia agar tercipta kehidupan yang damai dan
harmonis antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan
Tuhannya. Kalau manusia beragama tetapi menciptakan hubungan yang
harmonis dengan sesama manusia saja tidak mampu malah yang lebih parah
tidak mampu, terus bagaimana hubungannya dengan Tuhannya, dan bagaimana
penghayatan kehidupan keagamaannya ?
Indonesia adalah negara yang plural, sehingga di bumi Indonesia
keragaman adalah hal yang tidak asing lagi. Keragaman suku, budaya,
bahasa, tatanan kehidupan, adat istiadat bahkan agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa. Berbeda itu indah bukan ? Sangat indah
kalau perbedaan menjadikan pengikat, bukan pemisah.
Ada agama-agama dan aliran-aliran kepercayaan yang hidupdan berkembang
di Indonesia dengan pemeluknya atau pengikutnya masing-masing, dan
sangat indah karena dapat hidup dan berdapingan secara damai dan
harmonis. Namau sayang ada satu "agama" baru yang sangat meresahkan
dengan pengikut lintas agama yang sudah ada.
Pengikut/penganut "agama" korupsi ini sangat militan bahkan rela
menghancurkan dan mengorbankan, harga dirinya, keluarga, bangsa, negara
bahkan surga yang dijanjikan olah agama tradisional. Pengikut/penganut
agama korupsi lebih taat kepada tuntunan hawa nafsu dan keserakahan
serta kenikmatan karena kelimpahan harta dan kekayaan.
Hasil korupsi dikhotbahkan dan didakwahkan dengan bangga oleh
pengikutnya. Khotbah melalui harta, kekayaan yang melimpah, mobil mewah,
rumah dan vila yang megah, serta tutur kata, sikap dan perilakunya yang
arogan. Khotbah terselubung dengan memberikan sumbangan dan bantuan
kepada kaum miskin yang sebenarnya adalah korban atau tumbalnya, bencana
alam yang sesungguhnya dirinya adalah pembuat bencana yang lebih besar.
Sadarlah dan kembalilah pada jalan yang benar hai pengikut "agama"
korupsi, sebelum pengadilan yang adil dan tidak dapat dimanipulasi
dengan uangmu datang, dan engkau tidak akan dapat bebas, yaitu
pangadilan Illahi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar