Dorongan mendapat nilai istimewa dan sistem evaluasi
yang cenderung menempatkan nilai sebagai parameter utamanya bagai botol
menemukan tutupnya.Karena nilai telah menjadi tujuan ,maka aneka cara
ia tempuh agar terhindar dari marah bahaya bernama ISAKOM (Ikatan IP
Satu Koma) atau cap sebagai mahasiswa abadi (Yang karena cintanya pada
almamater rela berlama-lama di kampus).
Sepertinya nilai telah berubah menjadi esensi dari
sebuah proses bernama pendidikan.Pendidikan dan lembaga yang
menyediakan layanannya pun tidak ubahnya mesin-mesin pembuat nilai.
Namun,banyak juga orang tua yang belum paham hasil
evaluasi putra-putrinya yang kuliah.Biasanya pertanyaan mereka cukup
singkat dan sederhana:sudah semester berapa?kapan lulus?.
Pertanyaan ini menjadi menu wajib saat sang anak pulang mengambil jatah
bulanannya. Semakin cepat lulus,semakin besar harapan mereka mendapati
anaknya segera bekerja dan bisa menghidupi dirinya sendiri.Paling
tidak kalau ada tetangga bertanya,dengan sedikit bangga dia bisa
menceritakannya.Baginya bekerja adalah ukurankeberhasial pendidikan
anaknya.
sumber: edukasi.kompasiana